Selasa, 08 September 2015

PETANG YANG DIPENUHI TEKA-TEKI (A POEM)

Edit Posted by with No comments


Memandangimu yang tengah membunuhi sepi sambil memberi makanan pada sebuah kolam penuh berisi ikan-ikan nan lezat yang nantinya mereka akan ditangkringkan diatas pemanggang penuh kobaran api. Liurku tertumpah tak sengaja, mungkin karena kegagahanmu atau mungkin juga karena membayangkan ramuan bumbu ikan bakar harum menggiurkan. Mungkin juga bukan karena kedua hal itu. Aku sendiri terendam rasa bingung. Disitu juga ada taman kecil cantik dipenuhi bebungaan penuh warna, meski tak seekor  kupu-kupu pun yang bertengger jumawa. Kau seolah-olah tampak begitu perhatian menatapi ekor demi ekor ikan yang tak berkelelahan mengibaskan tubuh sintalnya seirama denga gejolak jiwamu yang sedang gundah gulana. Lalu pandanganmu sejenak beralih ke arah taman mungil itu, tapi sedetik kemudian kembali lagi terpaku menontoni ikan-ikan bercengkrama. lama....lama sekali. Dan akhirnya matamu membentur sesuatu....yaitu aku.

#Aku berharap suatu ketika bisa berada di taman itu bersamamu meski wujudku mungkin telah berubah menjadi semak rindang yang tanahnya adalah tempatmu berpijak.

#Aku rela menjadi udara yang kau hisap dalam-dalam dengan gairah.

Taman kecil yang teduh dan damai itu kadangkala disinggahi berpasang-pasang kupu-kupu kasmaran, atau kupu-kupu yang sedang bermasalah dengan pasangannya atau kupu-kupu yang berniat menyelesaikan suatu hal dengan pasangannya...atau ingin sekedar bersosialisasi dengan capung dan kunang-kunang di malam hari. Ada kesunyian yang menantang aku menjelajahinya. Sebuah sunyi bersahabat dan tapak batu yang tak banyak bicara. Sunyi yang menyeruak keluar dari taman itu bukanlah sunyi yang mustahil. Ia tak lain pintu gerbang yang kuncinya bisa digunakan untuk memasuki sanubari lelaki yang tengah menatapi ikan berenang-renang dan yang kemudian menatap aku.

Dimatanya aku bisa melihat kesegalaan, ada danau yang di penuhi cairan dari kawah gunung, ada hutan lindung, ada air terjun. Gelisahku rupanya menimbulkan bebunyian yang memecahkan rasa sunyi. Ketakutan aku seketika, seperti di kejar belasan anjing penggembala yang sekonyong-konyong berada di taman yang sama bersamaku. Aku keluar dari taman itu dengan debar jantung sekeras bunyi guntur atau mungkin serupa gemuruh derai air terjun yang kuintip ada di pelupuk mata lelaki itu. Ah...sunyi itu kini menjadi pelangi memancarkan sebongkah warna-warni tropikal yang melatari sebuah pesta yang aku tidak tahu temanya. Entah keriaan apa yang dihelat disana, mungkin diskoan, sweet seventeenan, entahlah. Yang jelas semua terasa menghentak-hentak rongga dadaku, begitu hidup namun membuat ku bergidik. Sunyi itu kini telah tidak ada lagi. Gerbang itu kehilangan kunci.Tak lagi ada jalan setapak menuju kesana. Menuju ke pelupuk mata itu. Tapi aku akan tetap eksis. Sebagai tanah tempat berpijak lelaki yang matanya sedang memandangi kolam ikan itu.

by YARRA CHRISTIANTO
Ditepi Ayung River 2006

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...