Minggu, 06 September 2015

2 VERSI PERCERAIAN IN A WEEK

Edit Posted by with No comments



Minggu lalu menurut saya adalah minggu yang apes buat saya, kenapa emang? Karena dua orang teman saya sama-sama harus menghadapi vonis perceraian dengan pasangannya. Yup! Ketok palunya itu ya last week.

Sedih? Jelas dong…ya gak mungkin lagi lah kita bisa kumpul-kumpul bareng lagi secara komplit dengan para suami yang sudah bukan pasangan mereka lagi. Padahal mereka itu pasangan yang selalu membawa keceriaan saat kita ngumpul-ngumpul bbq-an. What a shame!

Kayaknya saya gak etis ya kalo mem-blow up nama mereka disini oleh karena itu biarkan saya meng-create nama alias ya buat mereka.

Sebut aja:

KIANA + RALF=TIBA-TIBA MEMUTUSKAN UNTUK BERCERAI

LOLA   + BUDI=RIBUT-RIBUT DULU BARU BERCERAI

Alasan mereka bercerai adalah ketidak cocokan, dua-duanya sama-sama telah menikah selama hampir 3 setengah tahun. Keduanya sama-sama telah dikaruniai seorang anak.

LOLA + BUDI adalah sepasang suami istri yang hangat dalam pertemanan, sama-sama doyan ngobrol, suka melempar joke-joke segar, sering membuat ice breaker dalam situasi-situasi ngumpul-ngumpul yang kurang ramai dan asik, pendeknya dalam bersosialisasi mereka mumpuni deh. Biar gitu mereka juga udah menampakkan ketidak cocokan didepan kita-kita sebagai temannya. Misalnya sering adu mulut saat saling mempertahankan pendapatnya masing-masing. Gak ada yang mau ngalah. Dua-duanya memiliki sifat yang keras. Lola di besarkan dari latar belakang keluarga sederhana namun menempatkan kerja keras diatas segalanya, gak heran kalo akhirnya Lola berhasil dapet kesempatan ngelanjutin S2 di UK dari beasiswa negara. Budi di besarkan dari keluarga kaya yang juga berhasil dari usaha kerja keras ayahnya…maka Budi berkesempatan untuk bersekolah sejak SMA di Sydney sampai lulus S1. Lalu kembali ke Denpasar untuk meneruskan usaha sang ayah.

Lola kelihatannya bermasalah dengan harga diri, maksudnya hatinya sangat cepat merasa teriritasi kalo ada sedikit omongan Budi yang “quotation mark” nyerempet-nyerempet menyinggung harga diri Lola, padahal mungkin aja sih tujuan Budi bukan itu juga. Maka tersinggunglah Lola dan mulailah situasi memanas dan ujung-ujungnya terjadi rally sahut menyahut sindiran diantara mereka. Saya bukan tidak tahu bagaimana rasanya hidup dalam keluarga sederhana, sebab dari situ pula saya berasal. Saya tahulah bagaimana rasanya di bully, di hina, di remehin, gak dianggap oleh orang lain begitu pula yang dialami orang tua saya. Pas seperti yang di alami Lola. The problem is Lola terlalu menganggap hal ini sangat serious dalam arti she takes it as a big personal matter and also something that she had to fight for the sake of her dignity. Jadi masalahnya terletak pada ego dalam mempertahankan proud. Enak aja lo ngomong gitu ama gua, gua kan S2 UK grads and dapet beasiswa lagi…lo kan cuman S1 Aussie udah gitu hasil keringet bapak lu lagi. Hadeuhhh…ini deh yang bikin rempong…ya udah deh kenapa mesti bawa-bawa gelar perkuliahan segala sih? Penting apa? Dalam pernikahankan yang penting ada cinta, kasih sayang, pengertian. Titik.

Pas aku tanya ke Lola apa masih ada cinta buat Budi, terus dia bilang ada sih…tapi dikit..dan yang sedikit itu lenyap kalo mulutnya yang nyinyir itu mulai nyerocos… Saya jadi mo ketawa deh dengernya…ini temen saya pin-pin-bo cinnn…pinter-pinter-bodoh….otak pinter tapi kelakuan masih kayak anak smp yang suka scrappy sama temen berantem. Tapi mau gimana lagi this is her own life…saya tentu aja punya batasan sampe dimana saya bisa komen ke dia. Tapi yang saya sayangkan di sini seandainya saja Lola bisa me-reset standar-standar yang dia bangun di kepalanya, bahwa omongan yang seperti Budi layangkan jangan di masukkan sebagai omongan yang merendahkan. Dia harus menyadari kalo Budi yang notabene udah kaya dari sononya memang terbentuk dari budaya asal ngomong wae…asal ngejeblak aje kalo kate orang Betawi, karena semua-mua gampang dia dapatkan…sebenernya masalahnya udah ketemu, tinggal dibicarakan, saling berubah, saling mengalah, beres habis perkara. Tapi mereka malah mengambil jalan lain yaitu bercerai. Sayang di sayang!

Lalu tiba-tiba datang Kiana+Ralf dengan wajah berseri-seri mengatakan kalo mereka udah bercerai. Bukan main kagetnya kita-kita dan sama sekali gak menyangka. Couple yang ini sangat intim, gak malu saling berciuman depan kami teman-temannya, yah kita maklum aja sih karena mereka kan orang western yang gak tabu dalam hal tersebut. Pokoknya saling mengungkapkan kasih sayang deh di depan semua orang, serasi banget. Lah kenapa cerai?

There is something between me and Ralf that I can’t telling you guys…kata Kiana, maaf ya…ada fenomena gunung es pokoknya diantara kami yang akhirnya meledak dan gak ada solusinya jadi kami memilih pisah, tapi pada dasarnya kami masih saling sayang kok, jadi gak kayak si Lola + Budi yang cerai pakai ribut-ribut gak jelas segala. Contoh lah kami bercerai gak usah pake ribut-ribut…santai aja…tiba-tiba puzzzzz……beres…

Walah…apanya yang beres Kiana…cerai tetep aja bukan sesuatu yang harus di teladani, mau ribut kek, apa wuzzz sama sekali tak terdengar juga intinya sama aja..ya cerai.

#jadimumetbeneranpalasaya

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...