Kamis, 31 Desember 2015

SIMPLE TOMATO SAUCE ALA SWEET AND CATCHY

Edit Posted by with No comments



Hi…my all good fellas…how are you today? I hope all of you are gonna sayin’ like this: Awesome!

Hari ini tinggal 2 days away from the new year atau tepatnya tinggal 1 hari aja lagi menjelang new years eve…wow waktu berjalan cepat banget ya…tiba-tiba aja udah tahun baru lagi.

Senang? Tentu aja…dan juga bersyukur kita bisa selalu sehat dan senantiasa berada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Pengasih.

Bali lagi penuh nih, secara di jalanan yang mengarah ke Kuta, Legian, Batu Belig, Seminyak, Oberoi, Petitenget udah keliatan lumayan padat. Semua hotel mulai dari yang berbintang sampe yang budget malah sampe ke yang semacam losmen kayak guest house aja udah pada full banget.

That’s Bali, sementara para turis berlomba-lomba untuk merasakan gemerlapnya tahun baruan di bali, sedangkan orang yang memang tinggal di Bali malah biasa-biasa aja, nothing so special thing to do in welcoming new year. Karena di Bali emang suasananya udah sangat festive hampir tiap hari jadi mungkin kita-kita disini udah terbiasa meng-embrace suasana meriah jadi sama seperti the other day aja.

Sebagaimana biasanya setiap akhir tahun saya akan bikin masakan yang bergenre comfort food buat di nikmati sambil menonton acara-acara di tv kabel yang bagus-bagus.

Of course semuanya homemade ya cinnn…

Pizza and Burger Bun (checked) biasanya pizza segala jenis topping…merdeka berinovasi…mulai dari yang manis, savory sampe yang fusion gak jelas..he..he, juga Pasta siap pakai gak ketinggalan ikut eke beli juga.

Cakes (checked) normally my simple black forest atau fudgy choco brownies ..pengennya sih masak bolu gulung tapi berhubung oven listrik saya sedang rusak entah gara-gara apa sebabnya, terpaksa deh oven tangkring besar yang manis hadiah dari mamiku dulu saya manfaatkan lagi. Pastinya bakalan kesulitan untuk membuat kudapan jenis ini yang notabene membutuhkan api atas. Ya udah suck it up dehbersyukur atas apa yang ada. Nanti kalo perlu-perlu banget baru deh beli oven listrik lagi (sambil berharap semoga oven listrik yang rusak  ini bisa bagus lagi after di benerin tukang serpis).

Cookies (checked) Putri salju ..jelas!, homemade cookies ala good time is a must-have-cookies on our new year time!

Main Course (checked) Slow cooked beef Rendang adalah andalan saya. Dagingnya tinggal beli deh di Meat shop Soejash di Jalan Gunung Tangkuban Perahu. Rencana semula sih pengen masak seafood yang di grilled dan beli ikannya di Pasar ikan Kedonganan-Jimbaran..tapi Suami saya kesiangan melulu bangunnya, bisa di mengerti sih soalnya sebagai Bartender di sebuah club besar di Legian kalo malem matanya ya mesti melek sampe pagi, pulang kerumah subuh terus tidur and baru bangun lagi jelas udah siang. So, gigit jari deh karena takut nyetir sendiri, naik motor apalagi…sama aja phobianya.

Sauce and Condiment (checked) Harus! Harus! Saus tomat, Saus Mayo, Pesto, Guacamole..Sambel Ijo Lado Mudo…mesti exist!
Berhubung saya baru buat Saus Tomat, alright! Sekarang saya share ya..how-to-nya..Grab this fellas!

SIMPLE TOMATO SAUCE ALA SWEET AND CATCHY

Saus ini paling banyak gunanya dan paling sering di request oleh Suami dan Krucil, disamping saus mayo tentunya, repot deh kalo yang ini lagi gak tersedia di rak bumbu pasti bakalan ada yang grumbling.

Karena ini makanan yang sustainable needed alias berkelanjutan dibutuhkan di rumah kami, saya berinisiatif untuk membuatnya sendiri, mengingat saus botolan semua orang juga tahu kalo itu pasti mengandung pengawet dan kadar natrium yang tinggi. Gak baik buat anak-anak dan orang dewasa kan.

Bikin sendiri memang sedikit lelah but the result will be paid off later on. Disamping irit, juga terbebas dari kekhawatiran akan tereksposurenya bahan aditif ke tubuh kita dan keluarga.

Saus ini berguna untuk di aplikasikan di pasta misalnya marinara, sebagai topping pizza, juga sebagai dipping untuk segala macam cemilan gurih seperti kentang goreng and so on.

Berikut resepnya ala sweet and catchy:

Bahan:

2 siung bawang putih, cincang halus

6 siung bawang merah, cincang halus

2 sdm extra virgin olive oil (minyak sayur biasa juga bisa)

Sejumput oregano kering

½ kg tomat merah segar, buang kulit

½ sdt garam

¼ sdt lada bubuk

30 ml dry white wine (optional, bisa diganti dengan air putih biasa)

Cara membuatnya:

Blender hingga halus tomat yang telah di buang kulitnya, sisihkan

Tumis bawang merah menggunakan EVOO, setelah agak layu masukkan bawang putih. Setelah agak harum tambahkan oregano ke dalamnya, aduk merata.

Tambahkan tomat yang telah diblender halus, aduk merata, masukkan garam  lalu aduk lagi.

Tuang white wine atau air, aduk dan diamkan hingga mendidih.

Setelah mendidih, kecilkan api, tutup panci dan biarkan masak selama 30 menit.

Matikan api dan diamkan selama 10 menit, kemudian angkat dan taburi dengan lada bubuk, aduk merata.

Dinginkan pada suhu ruang dan tempatkan di botol bersih yang sudah kita sterilkan dengan air panas.

Simpan di lemari pendingin.

Okay guys! Happy cooking and Happy New Year 2016!




Selasa, 29 Desember 2015

MEXICAN FOOD: SEBUAH KULINARI BERSAHAJA YANG KAYA TRADISI

Edit Posted by with No comments



Tradisi kuliner Mexico bisa di bilang merupakan sebuah bentuk tradisi yang santapannya luar biasa menarik, baik itu di tilik dari segi warna-warnanya yang demikian beragam, penyajian yang nyeleneh tapi berestetika, rasanya yang seksi karena ledakan nuansa panas (yang di hasilkan berbagai macam cabai seperti jalapeno, habanero, ancho yang level kadar capsaisin-nya diatas rata-rata), pembuatan dan juga latar belakang terbentuknya jenis-jenis makanan tersebut menjadi makanan sah milik bangsa Hispanik.

Akar budaya makanan Meksiko tak pernah lepas dari peradaban bangsa Spanyol sebagai sumber dari segala yang kita ketahui mengenai Meksiko. Yang tidak begitu di ketahui banyak orang ternyata Spanyol memiliki banyak keterikatan dengan bangsa lain, sebut saja Asia dan Arab. Keterikatan yang di maksud awalnya bermula dari adanya hubungan bisnis perdagangan kain dan rempah-rempah yang tak dapat dipungkiri juga memicu terjadinya perkawinan antar bangsa. Itulah yang menyebabkan mengapa makanan mereka menjadi begitu festive, begitu lain dari yang lain atau menurut saya sangat out of the box jika kita perbandingkan dengan cuisine bangsa lain.

Rerotian seperti Tortilla sudah pasti merupakan salah satu unsur  yang di adopsi Kuliner Meksiko dari budaya Arab seperti Libanon dan sekitarnya yang menggunakan roti sebagai makanan pokok (staple food). Tetapi Nasi seperti Paella (Nasi Meksiko) tentunya berasal dari kebiasaan makan orang Asia.

Suatu perubahan besar mulai terjadi pada abad ke 19  dan ini ternyata memberi dampak sangat signifikan terhadap kulinari Meksiko yaitu ketika bangsa Eropa yakni Perancis mulai membawa pengaruh budayanya ke Spanyol yang dalam hal ini adalah intisari dari budaya Hispanik atau Meksiko.

Seperti kita ketahui pada jaman itu terjadi migrasi besar-besaran dari Perancis ke Spanyol pada masa pemerintahan Napoleon ke III yang berlangsung antara tahun 183o hingga 1860 dan ini terus berlangsung hingga permulaan abad ke 19.

Terbukti dengan mulai di pergunakannya berbagai terminologi makanan khas Perancis diantaranya seperti istilah; menu, chef, mayonnaise, buffet, canapé, soufflé dan masih banyak istilah kuliner lainnya.

Pada dasarnya makanan meksiko lebih di kenal sebagai urban food atau makanan rakyat ini bisa di pahami dari karakternya yang meriah, murah dan bahannya yang mudah di dapat. Jelas kulinari Perancis membawa angin perubahan yang cukup dahsyat mengingat makanan Perancis identik dengan makanan bagi si kaya.  Perbedaannya sudah terlihat dari pemakaian material hanya yang terbaik, tersegar dan termahal untuk menghasilkan hidangan berkelas haute cuisine. Meski demikian kesan tentang makanan Meksiko untungnya tak pernah berubah hingga hari ini yang kita mengerti sebagai hidangan yang mampu membawa keakraban dan populer diantara sanak saudara, teman dan handai taulan pada acara kumpul bareng. Makanan yang banyak di gemari misalnya seperti tacos, adobo, tortas, carnitas, enchiladas, fajitas, quesadillas, paella, salsa, guacamole dan segudang hidangan khas lainnya.

Yang paling gampang di lihat oleh mata tentang hal yang berhubungan dengan betapa casualnya cara makan mereka salah satunya adalah tidak diperlukannya berbagai jenis cutleries misalnya sendok, garpu, dan pisau. Mereka hanya menggunakan tangan saja dalam pengeksekusiannya seperti untuk menggulung tortilla dan tacos atau pun ketika hendak menyuapkan makanan ke dalam mulut tinggal hap! Or sebelumnya di cocol,  di potong hanya dengan memberdayakan tangan .


Jumat, 25 Desember 2015

SAYA TIDAK PUNYA KARTU KREDIT DAN SAYA BANGGA!

Edit Posted by with No comments


Sejak dahulu sampai sekarang saya tidak memiliki kartu kredit dan saya sama sekali tidak punya rencana cadangan untuk memilikinya suatu waktu nanti.

Tak sedikit yang terheran-heran mengetahui hal ini, ada yang tertawa mengejek, ada yang langsung membaptis saya dengan sebutan or-ja-dul alias orang jaman dulu, ada yang apatis dan ada pula yang menasihati saya kegunaan mujarab kartu ajaib ini seolah-olah dengan tidak memilikinya adalah suatu kecacatan sosial.

Di jaman teknologi kekinian, memiliki kartu kredit sudah hampir identik dengan memiliki kartu identitas. Tingkat keekslusifan kartunya pun menjadi pembanding antara pribadi yang sukses dan kaum kebanyakan. Yang berbasis gold card diyakini sebagai orang yang cemerlang dan gemilang dalam karir, yang pakai kartu standard ya se-standard kartunya, meskipun bagi pihak bank penerbit kartu, mereka adalah ceruk market empuk yang menguntungkan tapi di mata khalayak, pemegang kartu standard tetap kalah pamor dari yang gold.

Meskipun saya di tahbiskan teman-teman sebagai orang jaman dulu tentunya tidak sepenuhnya saya mutlak hidup men-jadul. Saya memang tidak lagi membawa cash seperti para ancestor di masa lalu tapi saya juga punya kartu alakazzam yaitu kartu debit.

Kartu debit adalah kartu ajaib saya. Saya sangat takut berhutang.

Saya di besarkan dari keluarga yang akrab dengan saudara-saudara dari kedua belah pihak ayah dan ibu, dari keluarga kakak ayah, adik ibu dan demikian seterusnya. Ketika kami berkumpul bersama dalam acara-acara keluarga seperti arisan, tak jarang terlontar curahan hati para paman, tante, sepupu bagaimana hancurnya hidup mereka karena terlilit hutang kartu kredit. Mulai yang bangkrut secara materi sampai yang porak poranda oleh karena tekanan mental akibat pressure yang mendera pasca penggunaan kartu kredit secara sloppily.

Sebenarnya keberadaan kartu kredit itu sejatinya adalah untuk membantu tiap-tiap holder-nya jika memahami apa dan bagaimana hakikat kartu kredit seharusnya digunakan dan dikendalikan.

Kartu kredit adalah hutang yang di berikan secara ramah tanpa kita harus memohon-mohon setengah mati supaya di berikan seperti saat kita meminta pertolongan teman atau saudara saat meminjam uang di waktu yang genting. Tapi sebagaimana layaknya hutang, tagihannya pun harus sesegera mungkin di lunasi agar bunganya tidak membengkak. Jalan terbaik dalam pengelolaannya hanya ada satu opsi yakni tidak membayar kartu kredit secara mencicil, maksudnya nominal yang harus kita bayarkan adalah sebesar nominal yang kita pinjam dalam kurun waktu 30 hari. Kalau anda nekat mencicil apalagi dengan menggunakan plafon minimum installment payment maka bersiaplah untuk segala konsekuensinya. Karena dititik ini kartu kredit sudah tidak ramah lagi.

Ciri-ciri orang frugal adalah anti berhutang. Jadi jika berminat memasuki wilayah kehidupan ala frugal, gunting dulu kartu kredit anda. Orang frugal menyadari benar mengapa mereka turn into frugality, dimana konsumerisme things adalah tidak lagi menjadi point utama dalam hidupnya.

Orang frugal menjalani hidup dengan berhemat. Orang frugal tidak peduli jika di katakan orang bahwa dia tidak keren. Orang frugal tidak berkompetisi dengan orang lain untuk memiliki suatu barang, jika seseorang begitu bangga dengan tas atau pakaian besutan perancang kenamaan, orang frugal akan bangga mengenakan tas yang hanya di beli di pasar atau pakaian hasil jahitan sendiri.

Orang frugal bukan berarti orang miskin karena gaya hidupnya yang seolah-olah tidak mengikuti dinamisme lifestyle yang cepat berubah tapi merupakan orang yang berupaya menahan diri dengan tidak membeli barang yang dirasa tidak perlu untuk di beli dan lebih terdorong untuk membuat sendiri segala sesuatu yang sebenarnya tidak perlu di dapatkan dengan jalan membeli. Pada akhirnya orang frugal akan memiliki tabungan yang cukup dari hasil gaya hidup yang ditekan keborosannya dan lebih memiliki kehidupan yang sustainable atau berkesinambungan.

Biasanya orang frugal tipe pemula atau yang saya golongkan sebagai beginner level masih berada di titik persimpangan antara keinginan menjadi frugal dan masih kuatnya keinginan untuk tetap eksis di kehidupan sosial sebelumnya yang sarat dengan kompetisi dalam hal membeli barang, seperti saat teman kita sudah mengganti telepon selularnya dengan iPhone keluaran terbaru sedangkan milik kita masih yang itu-itu saja. Mau membeli yang baru yang lama masih sangat bagus kondisinya, kalau tidak ikutan beli wah malu dan gengsi dong. Tapi bagaimana sedangkan kondisi keuangan kurang bersahabat.

Tipe pemula ini harus bertanya lagi pada diri sendiri apakah secara mental dia sudah siap untuk menjadi frugal. Tentunya menjadi frugal bukan berarti kita serta merta menarik diri dari kehidupan sosial, hanya saja kita sudah keluar dari arena sirkuit persaingan dalam hal membelanjakan barang dan kita tegas mengatakan bahwa kita menjadi frugal karena untuk alasan penghematan.

Ada pemeo berbunyi seperti ini, “Frugal people have thrown their pride away to the next Tuesday!” Kurang lebih artinya penganut frugality sudah tidak lagi berada pada titik bahwa ia harus memusingkan apa kata orang atau berusaha keras menjaga gengsi untuk tetap seolah berada di posisi tinggi. Tidak! Orang frugal sudah one step ahead dan lebih dewasa secara mental. Yang dilakukan sekarang adalah menjalani hidup dengan baik sehemat mungkin, mengasah dan memberdayagunakan ketrampilan pribadi untuk tetap dapat berada pada standar hidup yang di targetkan.

So, are you ready to join the club?

LOL



TYPE FRUGAL YANG MANAKAH KAMU?

Edit Posted by with No comments



Semakin lama saya mempelajari hal-hal yang berkenaan dengan kehidupan secara Frugal semakin saya mengerti apa makna Frugal itu sebenarnya. Yang saya ketahui selama ini kalau ada seseorang yang memilih hidup dengan cara Frugal maka dengan cepat pula saya mencap dia sebagai manusia pelit dan kikir. Stigma itu akan tetap melekat dalam pikiran saya dan di masa selanjutnya mungkin saya akan sedikit menarik diri dalam pergaulan sosial dengannya. Mengapa?
Mungkin saya akan menjadi sangat penuh pertimbangan kalau ingin mengajak dia ikutan misalnya untuk sekedar Barbecue-an bareng teman-teman lain di suatu weekend karena khawatir ke-frugalan-nya akan membuatnya terkendala dengan itu. Biasanya BBQ-an yang kita adakan based on ‘patungan’ untuk membeli bahan-bahannya. Ternyata tidak semua penganut paham frugal yang seperti itu, maka kita tidak boleh menyamaratakan hal tersebut. Artinya saya masih berpeluang untuk mengajak 2 tipe frugal lain yaitu tipe frugal pemula dan tipe frugal moderate. Tapi untuk tipe yang paling ekstrim yakni tipe orang frugal yang jelas-jelas untuk dirinya sendiri saja pelit, untuk yang ini saya dengan tegas menutup kemungkinan untuk mengajak mereka patungan buat BBQ-an.
Melalui perbincangan saya dengan beberapa orang penganut paham frugal di Bali yang tidak bersedia di ekspos identitasnya (mungkin karena sedikit malu kali ya), saya terdorong untuk mengklasifikasikan tipe manusia Frugal ke dalam 3 Kategori berdasarkan cara hidup mereka menurut pengamatan saya:

EXTREME FRUGAL
What on earth there is a human type like this?

Tipe ini yang paling tidak saya mengerti. Keadaan masa lalu apa ya yang kira-kira memicu mereka menjadi orang yang seperti ini. In My Humble Opinion, ini yang terparah semua jenis frugality.

Ketika saya bekerja di sebuah wedding catering company di daerah Kuta-Bali sebagai catering co-ordinator, pernah sepasang couple datang untuk mengikuti food tasting. Bersama pasangan itu ikut pula Ibu dari sang mempelai wanita untuk menemani dan mungkin untuk membantu couple itu memberikan opini tentang kira-kira makanan apa yang cocok dan tidak cocok untuk wedding mereka nantinya. Ketika acara pencicipan usai, tiba-tiba sang ibu menghampiri saya dan berbisik supaya saya mau menyuruh server untuk membungkus seluruh makanan sisa di seluruh piring termasuk piring saya dan si Chef, bahkan termasuk tulang-tulang ayam dan sisa potongan rib steak, juga sisa-sisa dessert di beberapa crockery. Saya tanyakan itu untuk apa ? Dia langsung bilang, “ ya untuk saya nanti…sayangkan kalau tidak di habiskan and it took a lot of fortune to pay it off”. Waktu itu saya seperti freeze di udara secara itu kali pertama saya berhadapan dengan klien yang seperti itu. Okeylah  kalau sisa-sisa itu di pungut dari piring sendiri, tapi sisa makanan di piring orang lain? Oh, No! This is exactly like doing a huge crime to your own self. Buat saya ini unacceptable!
Kali lain saya meeting dengan seorang prospective client di sebuah resto high end di daerah Menteng-Jakarta Pusat. Kebetulan pihak kantor saya yang mengundang si nona manis untuk further business conversation mengingat orang tersebut memiliki akses bagus ke beberapa wedding planner terkenal di Jakarta dan sekitarnya. Atas biaya yang cukup dari kantor tempat saya bekerja, saya berinisiatif untuk memesan beberapa makanan yang lumayan mahal seperti Sop Buntut dan Iga Bakar. Seiring dengan alur diskusi kami yang berjalan sangat smooth selama acara lunch tersebut berlangsung tak terasa semua makanan yang kami pesan ludes. Kemudian ketika saya selesai melunasi bill tagihan pesanan, saya di buat terkaget-kaget bukan kepalang, pasalnya si nona manis yang saya ajak meeting itu memerintahkan pelayan untuk membungkus semua sisa air minum di semua gelas yang ada termasuk gelas saya. What the heck is goin’ on here? Sisa Air Minum??? Whaaat?????. Dengan tenang dia menerangkan kepada saya kalau setibanya di rumah, air tersebut akan di masukan ke sebuah ketel, menjerangnya di atas api dan siap untuk dia minum. Wait…wait…but suddenly I can’t breathe well!
Seketika tubuh saya melunglai soalnya sang pelayan juga terlihat semi-shock deh kayaknya mungkin hal aneh seperti ini belum pernah dia alami. Untuk memperburuk situasi, beberapa pasang mata di meja-meja lain dengan intens menatap ke arah kami dengan curiosity level setingkat intel. Halaaah! Apalagi sih ini My Dear Lord? Tapi saya tetap harus menjaga sikap saya senetral mungkin untuk membuat kekagetan saya tidak sampai terbaca oleh si nona manis demi kelanjutan bisnis dari pertemuan ini. Sebelum berpisah saya menyaksikan beliau masuk ke dalam sebuah mobil sport mahal yang saya ketahui kemudian adalah milik pribadi si nona manis. She is not poor! She is so wealthy! Semestinya dia gak sepelit itu ke dirinya sendiri, semestinya dia harus menghargai dirinya tak serendah itu menurut saya sambil mengurut dada.
Tapi saudara-saudara, yang paling parah dari yang paling parah adalah kenalan terbaru saya, sebut saja Lani. Kejadiannya baru saja terjadi minggu lalu, sepulang dari kursus membatik di Ubud, saya menumpang kendaraan Lani karena suami saya sedang tidak bisa menjemput karena suatu hal mendesak. Karena perut mulai berteriak lapar, kami bersepakat untuk mampir di sebuah Kafe di area Sunset Road. Ditengah acara makan yang penuh celoteh dan tawa cekikik kami tentang betapa tak mudahnya ternyata proses membatik itu, seketika Lani minta ijin untuk ke toilet sebentar yang ternyata menjadi tidak sebentar. Ujung-ujungnya akhirnya Lani muncul dari arah belakang kafe  dengan wajah penuh keriangan sambill menjinjing sekantung besar plastik kresek berlogo kafe tersebut. Didalamnya terdapat banyak jenis makanan yang telah expired yang tak lagi akan di pakai oleh pihak kafe. “Sayang kan dibuang, Yarra…liat nih masih bagus banget nih tortillanya..dan look at this…ini roti ciabatta-nya masih harum” kata Lani dengan semangat berapi-api.
Sekali lagi saya mengurut dada, ya ampun ada lagi nih yang model kayak beginian. Apa yang saya lihat di kantung tersebut berbanding terbalik dengan apa yang di lihat Lani. Alih-alih kagum saya malah begitu jijik melihat betapa hijaunya cendawan yang bertumbuh di permukaan roti tortilla dan roti ciabatta-nya tampak seperti kecoklatan mungkin akibat pernah jatuh ke lantai! Saya lebih baik membuat tortilla dan ciabatta homemade sendiri, murah meriah dan sehat ketimbang harus melakukan hal yang di lakukan Lani seperti ini. Hhhhh.
Dengan sumringah Lani juga berbagi cerita lain sekelumit tentang ke-ekstriman frugality-nya yang dia anggap membuatnya semakin kaya secara materi.
“Yarra, coba lihat deh kulit aku..and gimana menurut kamu”
Saya menelisik kearah kulit muka dan tangannya yang tampak normal-normal saja. “ Oh…menurut aku fine aja Lan!, bagus… tak ada masalahkan? Tanya saya
“You know what soap I use every time I go shower?” matanya mendelik
“No clue” kata saya, “ pasti soap mahal ya….produk body shop???” kata saya asal-asalan, soalnya saya tahu itu impossible…wong makanan aja minta sampahan food dari kafe. Sebenarnya ingin saya menebak,” gak pake sabun ya? supaya super irit??? Tapi yang ini cukup saya simpan di hati saja.
“Nope! aku pakai sabun cuci”
“Seriously?”
“Embeeeer! Dengan Rp. 1000,-saja, aku bisa pake itu dalam 30 hari!...wow!..Super saving ever!”
“Kamu gak takut kulit kamu bakal ancur nantinya, itukan bukan buat kulit?”
“So far so great! Buat apa pusingin tentang hal yang belum kejadian?”
“Iya sih…tapi…” ahhh…saya jadi gak bisa ngomong apa-apa lagi.
This is it…the most frugal person I have ever met in my life. Tobat..Tobat!
How come she consciously will have that “craps” as her food?
Bukankah makanan busuk tempat yang paling di sukai bakteri jahat untuk bertumbuh? Maksudnya kamu makan bakteri gitu…Lan? Hiiiiiii……
Ah! Gak ngerti deh!

MODERATE FRUGAL
Dari segala tingkatan kefrugalan, tipe ini yang saya anggap paling masuk akal dan sehat. Tipe inilah yang A to Z nya ingin saya pelajari lebih mendalam.
Tipe moderate ini saya golongkan sebagai tipe orang frugal yang harus hidup menghemat atau mengencangkan ikat pinggang akibat keadaan ekonomi yang sedang sulit dan orang yang menganut paham ini jelas-jelas bukan orang kikir.
Di era finansial macam sekarang ini dimana banyak pihak yang terkena imbas kesulitan moneter, banyak ibu rumah tangga khususnya para stay at home moms yang berjuang untuk tetap dapat mempertahankan situasi rumah tangga yang kondusif dengan cara berusaha memberikan kualitas kehidupan misalnya melalui makanan yang di masaknya untuk tetap memiliki standar yang sama ketika masa ekonomi sulit belum terjadi.
Tipe ini tidak akan pernah mengorbankan keluarganya untuk menyantap sesuatu yang kadaluarsa, melainkan dia akan memutar otak untuk bagaimana mendapatkan makanan segar bergizi namun dengan harga yang murah.
Banyak cara yang dilakukan misalnya dengan lebih jeli mengetahui di mana letak vendor yang kerap mengadakan diskon rutin untuk produk tertentu, dengan mengurangi acara makan malam di luar menjadi dinner di rumah tapi dengan kualitas restoran. Belajar membuat roti, cake, snack, dessert sendiri sehingga pengeluaran dapat di tekan dengan cerdas.
Sepotong Klasik Tiramisu di sebuah kafe mentereng akan di hargai bervariasi sekitar IDR. 50 hingga 120 ribu perak belum lagi ditambah ppn dan service charge yang totalnya bisa menembus 15%. Betapa mahalnya untuk orang yang hidup di taraf sederhana!
Padahal dengan uang segitu jika kita membuatnya sendiri di rumah bisa-bisa kita dapat puluhan iris. Sangat jomplang sekali perbedaannya antara membeli dan membuat sendiri.
Tipe moderate inilah yang menurut saya perlu di kuasai oleh para perempuan Indonesia, mengingat belum meratanya kemakmuran ekonomi di sini. Banyak orang yang menjadi kaya tetapi lebih banyak lagi yang tidak kaya alias sederhana dan belum terhitung lagi yang tergolong miskin.
Kebanyakan orang yang hidup dalam garis hidup sederhana di Indonesia memiliki sedikit sekali kesempatan untuk menyantap makanan yang mereka anggap enak yang hanya bisa mereka dapatkan dengan menggelontorkan uang agak banyak di fast food resto, di supermarket, di kafe, di restoran dan tempat-tempat lainnya.
Bahkan untuk sekedar membeli kue-kue untuk anak-anaknya di toko dekat rumah saja mereka harus berpikir dua kali karena dianggap kurang terjangkau. Ironisnya, sebenarnya semua hal itu bisa di lakukan secara DIY alias Do It Yourself atau bikinan sendiri dengan catatan ada kemauan untuk mempelajarinya.
Saya suka kesal mendengar ada perempuan yang sebelum mencoba latihan membuatnya akan buru-buru bilang kalau dia sama sekali tidak punya bakat memasak.
Betul, memasak adalah passion. Dan tiap orang memiliki passion atau hasrat berbeda untuk melakukan suatu hal misalnya memasak. Tetapi jika kita tidak begitu passionate terhadap cooking marilah kita simpan saja frasa passion tersebut dan kita gantikan dengan frasa love. Dalam artian marilah kita belajar memasak atas dorongan rasa cinta terhadap keluarga, dimana kita belajar untuk menghadirkan sesuatu yang enak, lezat namun tidak sampai harus merobek kantong.
Efeknya, kita akan lebih di cintai oleh keluarga dan dengan berlatih terus menerus passion itu akan tumbuh sendirinya dalam hidup kita. Apalagi masakan yang dibuat dengan cinta sudah pasti akan terasa super yummy.
Ketimbang harus sekali seminggu membeli roti di bakery shop karena alasan mengirit, dengan belajar membuat sendiri kita bisa menghadirkan roti dirumah kita sesering yang kita mau. Hebatkan?
Golongan frugal inilah yang tips dan tricks-nya akan saya share dalam blog saya ini.
BEGINNER FRUGAL
Tipe pemula ini merupakan orang yang baru memulai untuk memasuki kehidupan bergaya frugal.
Pada prakteknya, mereka akan berkembang apakah akan mengarah ke pola ekstrim atau ke yang moderate tergantung apa basicly alasan mereka untuk mendalami frugality.
Orang frugal di level ini masih sangat kompromis dan terbuka untuk setiap saran dan masukan.
Demikian guys, bunda-bunda dan teman-temanku sekalian sharing dari saya pada hari ini. Semoga bermanfaat bagi kehidupan kita masing-masing.
Enjoy your life as is!
Cheers!


Kamis, 24 Desember 2015

TEMPURA, MEMBUATNYA TAK SESIMPEL YANG KITA KIRA

Edit Posted by with No comments



Tempura yang crunchy dan lezat



Makanan yang enak, tasty, berkelas dan mahal menurut pengamatan saya all over the years hampir dapat dipastikan 99.9% diproses dengan rasa respek dan hormat terhadap bahan makanan itu sendiri. Hal ini tidak hanya berpatokan kepada satu jenis material saja misalnya sebut saja beef, No! but bisa di bilang terhadap semua jenis makanan yang hendak di sajikan sesuai pesanan, bisa ayam, bebek, ikan, segala jenis krustacea dan lain sebagainya.


Saya tidak ingin mengatakan bahwa semua makanan diluar dari yang di sajikan di fine dining resto semacam street vendor atau penjual makan kaki lima memperlakukan makanan dengan tidak hormat whatsoever, tetapi saya harus mengakui kalau mereka memang hanya “kurang menghargai” saja. Pembuktiannya terletak pada durasi proses memasaknya.


Di restoran mewah, Ayam Hainan misalnya di masak secara slow cook, tidak terburu-buru, dengan menggunakan panas api yang rendah dan sepanjang waktu memasaknya sang koki berusaha untuk memperlambat titik didih air perebusan dengan cara mengecilkan nyala api ketika air hampir mendidih dan ini dilakukan berulang-ulang sehingga ini seperti memberi waktu yang cukup bagi ayam tersebut secara perlahan mengeluarkan seluruh sari patinya yang membuat daging dan kaldunya terasa ‘nendang’ sempurna pada saat di santap kemudian. Semua perlakuan ini yang membuat konsumer dimanjakan dengan rasa yang luar biasa enak yang tidak bakal mereka temukan pada waktu mereka menyantap Ayam Hainan serupa tapi di tempat makan berbeda, contohnya di resto cepat saji, di rumah makan biasa ataupun di street vendor pinggir jalan.


Kulminasi sensasi ledakan rasa yang pelanggan dapatkan di restoran mewah tersebut yang memicu keberanian kedua belah pihak baik itu pembeli dan penyedia makanan. Yang satu dengan berani mematok harga yang fantastis mengingat pengorbanan waktu yang di dedikasikan, pengadaan bahan pilihan berkualitas jempolan dan pihak pembeli tentunya berani untuk membayar berapa saja mata uang yang dipasang penyedia makanan demi mendapatkan eksplosif rasa lezat yang jarang didapatkan di tempat makan biasa-biasa saja.

Ada hal ironis yang saya dapatkan pada akhirnya. Ternyata terkadang bahan-bahan yang di pakai untuk membuat makanan tersebut ‘sama ‘ alias ‘identik’ di kedua jenis penjual (resto mahal vs resto biasa-biasa saja). Kalau ingredients-nya sama kok rasanya bisa gak sama? W-H-Y? Yang satu rasanya keluar namun yang satu lagi hanya sebatas gurih saja..itu tok. Padahal investasi yang di keluarkan untuk membuat rasa yang ‘Mediocre’ menjadi ‘Amazebalz’ hanyalah terletak pada Waktu yang di berikan untuk proses pemasakan itu sendiri.


Jawabannya adalah WAKTU. Buat saya ini sangat filosofis ya…


Sebagaimana yang kita tahu sejak ribuan bahkan jutaan tahun yang lalu, WAKTU di kenal sebagai penyembuh. Mungkin kalian pernah dengar pemeo yang berbunyi ‘Time is The True Healer’ atau Waktu adalah penyembuh sejati. WAKTU bisa dibilang merupakan salah satu komponen dari Penyembuh segala penyakit baik itu sakit rohani maupun jasmani., disamping tentu saja ramuan obat as a staple.


Belakangan saya mengetahui bahwa WAKTU ternyata adalah PELEZAT. Mau masakan kamu enak? Berikan waktu yang cukup saat memprosesnya. That simple! But the result on the end is definitely not come in simple!

Tapi ada yang mesti di ingat juga kalau slow cook tidak serta merta berlaku pada setiap masakan ya say….tentu saja ini sama sekali tidak berlaku ketika kita memasak veggies atau sayur mayur. Walah! Bisa membubur nanti sayurnya.


Tempura, seperti makanan lainnya bisa dibawa kemana kita suka, disini maksudnya tentang arah penyajiannya ya. Artinya bisa dibawa secara kualitas fine dining atau restoran berkelas atau bisa di buat secara street vendor a.k.a penjual pinggir jalan. Yang mau saya bahas di sini pastinya yang pertama ya guys.


Tempura sebenarnya versatile yakni bisa di sajikan secara flaky atau beremah, bisa juga tidak. Ini kembali pada preferensi kita masing-masing.  Banyak yang beranggapan membuat tempura itu pekerjaan remeh, sebatas menggoreng gorengan yang berlumur tepung and that’s it…beres! Padahal percaya gak percaya…koki-koki di Jepang sendiri perlu bertahun-tahun trial and error untuk mastering membuat tempura yang baik dan benar.


Pilihan untuk membuat tempura sangatlah luas, tapi yang paling umum secara pasti bintangnya tidak lain dari Udang Galah atau udang yang berukuran agak besar dari udang biasa.Tapi yang bisa di jadikan tempura tidak hanya udang, bahan lain pun bisa seperti misalnya jagung muda, baby carrot, labu kuning atau butternut squash, kepala udang juga okay dokey, belut bahkan dedaunan sayuran pun juga bisa.


Berbicara mengenai Tempura tentunya tidak bisa melenceng dari pakemnya yaitu crunchiness atau kerenyahan. Tempura yang sempurna haruslah memiliki kerenyahan maksimum, tidak berminyak berlebihan here and there (karena di tiriskan setelah diangkat dari penggorengan) dan mempunyai baluran tepung yang tebal.


Satu komponen lain yang menyertai proses pemasakan berkelas resto di hotel bintang lima berkutat di mulai dari proses pembersihan bahan makanan tersebut. Dalam hal ini udang, nah udang harus sebelumnya di cuci bersih, kotoran di singkirkan, kepala di potong ( kepala udang bisa di goreng tersendiri jika berminat dan tidak di campur dengan badannya). Kemudian yang kita lakukan adalah mengkerat bagian punggung udang memanjang vertikal dari atas ke bawah, disana akan kita temukan semacam tali hitam halus berwarna kehitaman. Ambil dan buang.


Selanjutnya kita kerat-kerat juga buku-buku badan udang secara horizontal dari kiri ke kanan dari buku teratas sampai pada buku dekat ekor. Fabulous!


Sekarang mari kita ulas tentang tepung pelapisnya. Basicly, tepung terigu protein rendah yang banyak di pergunakan sebagai bahan pelapis. Tetapi ada orang yang suka mencampurnya dengan jenis tepung lain, ini pun tidak salah. Pencampuran sedikit tepung beras ataupun tepung tapioca di tujukan untuk memperoleh hasil final yang kita targetkan. Buat saya pribadi, saya lebih suka untuk tidak mencampur terigu dengan tepung lain jika saya ingin memakannya tak lama setelah tempura diangkat dari kompor. Mengingat teksturnya tentu saja masih sangat Crunchy dan ketika digigit masih akan menghasilkan suara kres..kres…kres yang nyaring.


Tapi semisal kita ingin menyantapnya agak lama setelah itu, tidak ada salahnya menambahkan sedikit tepung beras untuk tetap membantu mempertahankan tekstur tetap garing. Tapioka sendiri di maksudkan untuk menghasilkan campuran batter yang sedikit chewy atau kenyal saat di gigit, tapi tapioka tidak dapat diharapkan untuk beraksi sama sebagaimana peranan tepung beras yang kurang lebih mampu untuk membuat tempura agak mengeras.

Pelapis untuk tempura wajibnya terdiri dari 2 macam, yang pertama pelapis kering yaitu tepung yang kita siapkan di sebuah wadah. Pelapis satu lagi pelapis basah yang terbuat dari hasil pencampuran dari:


TEPUNG + AIR ES + Sedikit GARAM + Sedikit SODA KUE


(aduk merata dan diamkan minimal 5-8 menit sebelum di gunakan)


Untuk rasio perbandingan bahannya biasanya berbalik lagi pada insting kita masing-masing, tidak ada aturan bakunya. Sebagai seorang home cook kita pastinya mempunyai perasaan yang menuntun kita mencampurkan bahan demi bahan menjadi suatu larutan batter atau pelapis. Insting natural ini akan mengkonfirmasi kita kira-kira konsistensi seperti apa yang kita inginkan. Memasak itu sesuatu yang super alami sebenarnya, sesuatu yang keluar dari hati paling dalam yang pada dasarnya tidak boleh di pagari oleh batasan-batasan instruksi resep tertentu. Mengikuti kata hati sendiri terbukti akan bermuara menghasilkan masakan yang maknyusss, lezat dan memuaskan semua lidah.


Adanya resep lebih menjadi penuntun saja tapi menurut saya tak melulu harus ‘plek-plek’ kita ikuti karena dalam perjalanannya kita biasanya akan mampu berkreatifitas menciptakan makanan dengan gaya dan mengikuti taste bud kita sendiri.


Gunakan minyak sayur yang banyak atau teknik deep frying dalam menggoreng tempura. Api usahakan kecil namun upayakan ketika udang kita masukkan, minyak telah berada dalam kondisi panas siap goreng.


Untuk tempura yang flaky atau beremah, pertama sekali kita celupkan tangan kanan kita ke pelapis basah (larutan batter) hingga terendam dan terlumuri larutan. Lalu bawa tangan kita ke atas wajan namun tidak terlalu dekat dan cipratkan (serpihkan) larutan di sekujur tangan kita ke dalam minyak. Ini akan menghasilkan remah-remah tepung yang tergoreng.


Selanjutnya langsung kita masukkan udang (yang telah kita lumuri dengan pelapis kering dan setelah itu kemudian kita cemplungkan ke pelapis basah, lumuri hanya badannya saja, ekornya jangan kita lumuri tepung ya). Ketika udang sudah berada di wajan berisi minyak, dengan menggunakann sumpit dekatkan udang ke remah-remah yang mengambang di atas minyak. Dengan begitu maka remah-remah akan menempel ke seluruh badan udang. Setelah cukup matang segera kita angkat dan tiriskan.


Ada lebih dari 1001 cara bagaimana memasak tempura baik itu yang mudah maupun yang lumayan njlimet sampai yang tersulit sekalipun, tapi dengan trik-trik diatas kemungkinan besar untuk kita memperoleh hasil akhir memuaskan seperti yang di sajikan di kafe atau restoran berkelas internasional akan dapat terealisasikan.


Tips ini kebetulan saya dapatkan langsung dari seorang Senior Chef berkebangsaan Jepang asal Hokkaido yang saya temui di sela-sela kompetisi memasak antar chef yang diselenggarakan oleh salah satu distributor olive oil terbesar di Bali pada tahun 2013. Kompetisi ini di adakan di daerah Nusa Dua Bali.


Happy cooking Guys… dan Mari beri respek pada bahan makanan yang akan kita olah.


See you soon on my next article…


Cheers!





Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...